Alkohol plus minuman energi membuat Anda ingin minum lebih. Demikian hasil penelitian yang dirilis jurnal Frontiers in Public Health. Minum energi booming di pasaran, namun hal itu belum tentu baik untuk kesehatan publik, kata pihak Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) regional Eropa.
João Breda dan rekan-rekannya mengkaji data risiko kesehatan dari minuman energi. Mereka menyimpulkan bahwa masalah kesehatan dari komunitas ilmiah dan medis membenarkan bahwa mengonsumsi kafein tinggi yang ditemukan dalam minuman energi sangat cepat menimbulkan efek kesehatan negatif atau “keracunan kafein.” Efek itu termasuk mual, tekanan darah tinggi, dan jantung berdebar-debar.
Beberapa kematian bahkan telah dikaitkan dengan konsumsi minuman energi. Di antaranya gadis berusia 14 tahun asal Maryland bernama Anais Fournier yang meninggal diduga akibat keracunan kafein setelah mengonsumsi minuman energi dalam periode 24 jam.
WHO sangat prihatin dengan apa yang terjadi ketika orang mencampur minuman energi dengan alkohol. Laporan WHO memperkirakan bahwa minuman energi membuat 43 persen dari paparan kafein pada anak-anak.
“Konsumsi kafein dalam jumlah tinggi yang terkandung dalam minuman energi mengurangi rasa kantuk tanpa mengurangi efek alkohol yang dihasilkan dalam keadaan sadar dan mabuk, membuat seseorang terjaga lebih lama dengan kesempatan untuk terus minum,” kata penulis penelitian.
Beberapa negara di Eropa menerapkan peraturan minuman energi sangat serius. Di antaranya Swedia yang melarang penjualan minuman energi untuk anak-anak. Sementara di Amerika Serikat, regulasi minuman energi sangat lemah, tergantung bagaimana minuman energi di pasar, bahkan memperbolehkan tidak mencantumkan berapa banyak kafein yang dikandungnya.
Beberapa kematian bahkan telah dikaitkan dengan konsumsi minuman energi. Di antaranya gadis berusia 14 tahun asal Maryland bernama Anais Fournier yang meninggal diduga akibat keracunan kafein setelah mengonsumsi minuman energi dalam periode 24 jam.
WHO sangat prihatin dengan apa yang terjadi ketika orang mencampur minuman energi dengan alkohol. Laporan WHO memperkirakan bahwa minuman energi membuat 43 persen dari paparan kafein pada anak-anak.
“Konsumsi kafein dalam jumlah tinggi yang terkandung dalam minuman energi mengurangi rasa kantuk tanpa mengurangi efek alkohol yang dihasilkan dalam keadaan sadar dan mabuk, membuat seseorang terjaga lebih lama dengan kesempatan untuk terus minum,” kata penulis penelitian.
Beberapa negara di Eropa menerapkan peraturan minuman energi sangat serius. Di antaranya Swedia yang melarang penjualan minuman energi untuk anak-anak. Sementara di Amerika Serikat, regulasi minuman energi sangat lemah, tergantung bagaimana minuman energi di pasar, bahkan memperbolehkan tidak mencantumkan berapa banyak kafein yang dikandungnya.